Jumat, 10 Desember 2010
mendeteksi bunyi pada yamaha mio
Perang naturalisasi Indonesia vs Filipina
Tim nasional (timnas) Filipina menjadi kuda hitam pada Piala AFF 2010. Tampil dengan status tim kualifikasi, pasukan Simon McMenemy berhasil menembus babak semifinal.
Perjalanan Filipina di babak penyisihan Grup B cukup mengagumkan. Setelah menahan imbang Singapura 1-1, negara yang dikenal lewat olahraga basket dan tinju itu mampu mengalahkan juara bertahan Vietnam 2-0.
Di laga terakhir, Filipina bermain imbang 0-0 dengan Myanmar. Dengan hasil ini, Filipina pun melorot ke posisi runner up Grup B dan akan bertemu juara Grup A, Indonesia di babak semifinal, 16 & 19 Desember 2010.
Penampilan cemerlang Filipina tak lepas dari hadirnya 9 pemain naturalisasi. Mereka menjadi andalan McMenemy di setiap laga. Berikut adalah profil singkat kedelapan pemain tersebut.
1. Jason De Jong
Gelandang kelahiran 1990 ini merupakan pemain berdarah campuran Belanda-Filipina. De Jong sempat ditawari untuk memperkuat timnas U-19 Belanda, namun menolak dan pilih memperkuat timnas Filipina.
De Jong resmi memperkuat Filipina saat tampil pada kualifikasi Piala AFF 2008. Saat Filipina bertemu Timor Leste, pemain berusia 20 tahun itu tampil sebagai pemain pengganti. Sayangnya, Filipina gagal lolos ke babak utama.
Tak hanya terampil di lapangan hijau, De Jong juga memperkuat timnas futsal Filipina pada kejuaraan Futsal AFF 2009. De Jong mencetak tiga gol saat timnya membantai Timor Leste 10-0 dan kalah 3-4 dari Indonesia.
2. Robert James Dazo Gier
Gier merupakan pemain kelahiran Ascot, Inggris, 6 Januari 1980. Pemain yang bermain untuk Ascot United itu kali pertama dipanggil untuk memperkuat timnas Filipina pada kualifikasi AFC Cup 2009 lalu.
Dalam debutnya, Gier memperkuat Filipina bertemu Bhutan, 14 April 2009. Di tahun yang sama, bek tersebut juga dipercaya tampil saat Filipina bertemu Maladewa dan Turkmenistan.
3. Ray Anthony Jonsson
Bek kiri berusia 31 tahun itu merupakan pemain berdarah campuran Filipina-Islandia. Jonsson bahkan sempat memperkuat tim U-21 Islandia pada 2001, namun tak mendapat panggilan di timnas senior negara tersebut.
Jonsson pun tak mau menyia-nyiakan tawaran Federasi Sepakbola Filipina (PFF). Pemain yang berlaga bersama Völsungur itu setuju untuk memperkuat Filipina melewati kualifikasi Piala AFF 2010.
Debut di Timnas Filipina pemain Grindavik, klub Premier League Islandia ini terjadi saat menghadapi Macau pada 12 Oktober 2010. Dalam pertandingan itu, Jonsson sukses mengawal pertahanan Filipina tak kebobolan dan menang 5-0.
4. Manuel Ott
Pemain ini berlaga di Bundesliga2 bersama Ingolstadt 04. Ott bergabung dengan timnas U-19 Fipilina pada 2009 dan selanjutnya dipanggil untuk masuk timnas senior pada 13 Januari 2010 dan tampil saat Filipina ditahan imbang Taiwan 0-0.
5. James Joseph Placer Yonghusband
Pemain berposisi sayap kanan ini kelahiran Ashford, Middlesex, Inggris, 4 September 1986. Karir sepakbolanya dimulai dari akademi Chelsea pada 1996 saat masih berusia 10 tahun.
Pada 2005 lalu, James dipanggil untuk memperkuat timnas. Pemain yang kini membela Farmborough ini menjadi andalan Filipina di Piala AFF 2010 bersama saudaranya Philip Younghusband.
6. Philip James Placer "Phil" Younghusband
Sama dengan kakaknya, James, Philip juga mengawali karir sepakbolanya dari akademi Chelsea saat masih berusia 9 tahun. Pada 2008, Phil meninggalkan Chelsea dan pindah ke Filipina.
Philip telah memperkuat Filipina pada SEA Games 2005 lalu. Pada event tersebut, dia mencetak dua gol bagi Filipina saat dikalahkan Malaysia 2-4. Phil kembali menjadi andalan di Piala AFF 2010 dan telah mencetak satu gol saat timnya mengalahkan Vietnam 2-0.
7. Alexander Charles Luis Borromeo
Pemain berdarah campuran Amerika Serikat-Filipina ini tergolong serbabisa. Ia pun diberi kepercayaan untuk mengenakan ban kapten Filipina. Dengan tinggi 188 cm, Borromeo bisa tampil sebagai bek tengah, gelandang bertahan, bahkan striker.
Borromeo pertama kali membela timnas Filipina pada 2004 lalu. Dari 28 kali penampilannya, pemain berusia 27 tahun itu sudah mengoleksi 4 gol.
8. Neil Etheridge
Etheridge menjadi pemain yang memiliki karir paling mengilap di timnas Filipina. Pemain kelahiran London, 1990 itu tercatat sebagai kiper ketiga tim Premier League, Fulham.
Etheridge sempat menolak tawaran Filipina pada 2007 lalu. Alasannya, dia tidak tahu banyak mengenai sepakbola di negara ibunya itu. Etheridge akhirnya luluh saat Federasi Sepakbola Filipina merayunya lagi setahun kemudian.
Etheridge menjadi tembok yang kokoh di lini belakang Filipina pada Piala AFF 2010. Dari 3 laga, kiper dengan tinggi badan 191 cm itu baru kebobolan satu gol saat timnya ditahan imbang Singapura 1-1.
Etheridge bukanlah kiper sembarangan. Dia sempat memperkuat timnas U-16 Inggris pada 2005. Di Fulham, Etheridge sempat menjadi kiper utama saat kiper utama Mark Schwarzer dan kiper kedua David Stockdale menderita cedera.
9. Christopher Robert Barbon "Chris" Greatwich
Pemain berdarah Inggris-Filipina ini merupakan andalan lini depan Filipina di Piala AFF 2010. Dua gol telah lahir dari kaki pemain kelahiran 30 September 1983, yakni saat Filipina bertemu Singapura dan Vietnam.
Greatwich mengawali karir sepakbolanya dari tim Brighton and Hove Albion. Saat ini, pria berusia 37 tahun itu telah menjadi pelatih di tim U-20 Morris County Colonials di New Jersey, Amerika Serikat.
Greatwich pertama kali memperkuat timnas Filipina pada 2004 lalu. Hingga saat ini, pemain berpostur 178 cm itu sudah mengoleksi 5 gol dari 24 kali tampil membela Filipina. Pemain yang berposisi sebagai gelandang ini telah memperkuat timnas Filipina sejak 2004 lalu.
VIVAnews .com
Kamis, 02 Desember 2010
ganyang malaysia
sejarah sepakbola indonesia
Sejarah Indonesia di Piala Dunia FIFA
Indonesia pada tahun 1938 (di masa penjajahan Belanda) sempat lolos dan ikut bertanding di Piala Dunia 1938. Waktu itu Tim Indonesia di bawah namaDutch East Indies (Hindia Belanda), peserta dari Asia yang pertama kali lolos ke Piala Dunia. Indonesia tampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12. Grup kualifikasi Asia untuk Piala Dunia 1938 hanya terdiri dari 2 negara, Indonesia (Hindia Belanda) dan Jepang karena saat itu dunia sepakbola Asia memang hampir tidak ada. Namun, Indonesia akhirnya lolos ke final Piala Dunia 1938 tanpa harus menyepak bola setelah Jepang mundur dari babak kualifikasi karena sedang berperang dengan Cina.
Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepakbola berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB)yang lalu berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) di tahun 1936milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) punya bangsa Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) milik orang Indonesia. Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB)sebuah organisasi sepakbola orang-orang Belanda di Hindia Belandamenaruh hormat kepada Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) lantaran Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB)yang memakai bintang-bintang dari NIVBkalah dengan skor 2-1 lawan Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ)salah satu klub anggota PSSIdalam sebuah ajang kompetisi PSSI ke III pada 1933 di Surabaya.
NIVU yang semula memandang sebelah mata PSSI akhirnya mengajak bekerjasama. Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan Gentlemen’s Agreement pada 15 Januari 1937. Pascapersetujuan perjanjian ini, berarti secara de facto dan de jure Belanda mengakui PSSI. Perjanjian itu juga menegaskan bahwa PSSI dan NIVU menjadi pucuk organisasi sepakbola di Hindia Belanda. Salah satu butir di dalam perjanjian itu juga berisi soal tim untuk dikirim ke Piala Dunia, dimana dilakukan pertandingan antara tim bentukan NIVU melawan tim bentukan PSSI sebelum diberangkatkan ke Piala Dunia (semacam seleksi tim). Tapi NIVU melanggar perjanjian dan memberangkatkan tim bentukannya. NIVU melakukan hal tersebut karena tak mau kehilangan muka, sebab PSSI pada masa itu memiliki tim yang kuat. Dalam pertandingan internasional, PSSI membuktikannya. Pada 7 Agustus 1937 tim yang beranggotakan, di antaranya Maladi, Djawad, Moestaram, Sardjan, berhasil menahan imbang 2-2 tim Nan Hwa dari Cina di Gelanggang Union, Semarang. Padahal Nan Hwa pernah menyikat kesebelasan Belanda dengan skor 4-0. Dari sini kedigdayaan tim PSSI mulai kesohor.
Atas tindakan sepihak dari NIVU ini, Soeratin, ketua PSSI yang juga aktivis gerakan nasionalisme Indonesia,sangat geram. Ia menolak memakai nama NIVU. Alasannnya, kalau NIVU diberikan hak, maka komposisi materi pemain akan dipenuhi orang-orang Belanda. Tapi FIFA mengakui NIVU sebagai perwakilan dari Hindia Belanda. Akhirnya PSSI membatalkan secara sepihak perjanjian Gentlemen’s Agreement saat Kongres di Solo pada 1938.
Maka sejarah mencatat mereka yang berangkat ke Piala Dunia Perancis 1938 mayoritas orang Belanda. Mereka yang terpilih untuk berlaga di Perancis, yaitu Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermadji, Anwar Sutan, dan Achmad Nawir (kapten). Mereka diasuh oleh pelatih sekaligus ketua NIVU, Johannes Mastenbroek. Mo Heng, Nawir, Soedarmadji adalah pemain-pemain pribumi yang berhasil memperkuat kesebelasan Hindia Belanda, tetapi bertanding di bawah bendera kerajaan Nederland.